MGR.SYUKUR OFM: “NUBUAT” MASA POSTULAN OFM DI PAGAL

MGR.SYUKUR OFM: “NUBUAT” MASA POSTULAN OFM DI PAGAL

20 Februari 2014 pukul 18:12
                             
                                                       Foto: OFS YAKOBA

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Sabtu 22 Februari, P.Paskalis B.Syukur OFM, ditahbiskan menjadi uskup Bogor yang baru menggantikan Mgr.Michael C.Angkur OFM yang pensiun. Sehubungan dengan itu saya teringat akan pertemuan saya dengan P.Peter C.Aman OFM di Biara Rivotorto Karot Ruteng, 30 November 2013. Saat itu ia baru tiba dari Jakarta untuk advokasi tambang. Kami membicarakan banyak hal. Tetapi ada satu hal yang mau saya catat di sini tentang dipilihnya P.Paskalis B.Syukur sebagai uskup Bogor oleh Paus Fransiskus. Hal itu mengingatkan kami akan tahun 1981 ketika kami masuk postulat Ordo Fratrum Minorum di Pagal.


Ada banyak kegiatan yang kami lakukan untuk mengisi tahun itu. Salah satunya adalah pementasan drama Fransiskus Asisi. Hal itu bertujuan mendidik diri kami sendiri dan untuk umat dengan memperkenalkan Fransiskus kepada mereka dengan media teater. Kami masuk Juli 1981. 4 Oktober adalah Pesta Fransiskus. Kami putuskan untuk mementaskan drama itu Oktober 1981. Tetapi kami tidak punya naskah.


Karena itu saya mengambil prakarsa untuk mengkoordinir dua teman menulis naskah. Saya (Fransiskus Borgias), pengendali skenario, Peter C.Aman, dan Paskalis B.Syukur. Kami tulis naskah itu selama satu bulan setiap sore dan malam. Hasilnya keluarlah naskah empat babak (masa kecil dan masa muda Fransiskus, Fransiskus dan teman-teman masa mudanya, Peristiwa Pertobatan Fransiskus, Fransiskus di hadapan Uskup Asisi, Guido).


Setelah naskah tersedia, tahap berikutnya adalah pemilihan dan penentuan peran. Kami postulan waktu itu ada 12 orang. Sebuah angka simbolis (jumlah murid Yesus, jumlah pengikut awal Fransiskus). Inilah kami: Fransiskus Borgias M, Petrus C.Aman, Paskalis B.Syukur, Karolus Jande, Yosef Hambur, Heribertus Ngabut, Yohanes Kasor, Yakobus Kila, Wilhelmus Mola Wea, Raymundus Ngebu, Gregorius Podhi, Damianus Kaju. Kami bertiga sudah punya plan siapa memainkan siapa dalam naskah itu. Kami bentangkan di hadapan teman-teman dan disetujui. Akhirnya terpilih pemeran sbb: Peter Aman sebagai Fransiskus Asisi. Paskalis sebagai Uskup Asisi (Mgr.Guido). Yosef Hambur sebagai Pietro Bernardone (ayah Fransiskus). Ibu Yulin Darita (guru SD di Pagal) sebagai Dona Picca (ibu Fransiskus). Saya, Heri Ngabut, John Kasor, Mundus Ngebu, Goris Podhi, Wily Mola, berperan sebagai teman masa muda Fransiskus. Sutradara Frater Topper, Victor Sugiyono. Ia dibantu asisten yaitu Paskalis dan saya, yang juga berperan sebagai dekorator dan penyedia properti. Masih ada beberapa pemain lain yang kami rekrut dari mudika. Setelah berlatih intensif selama dua bulan akhirnya Oktober 1981 kami adakan pementasan di Pagal. Dilihat dari sambutan yang antusias umat Pagal, kami merasa pementasan itu sangat sukses dalam banyak segi.


Om Niko, sopir OFM Pagal hingga saat ini, masih menyimpan foto-foto pementasan itu. Termasuk foto Paskalis dengan jubah uskup, tongkat dan mitranya yang saya buat. Memang saat itu Paskalis tampil berwibawa dalam memerankan Uskup Asisi, Mgr.Guido, seakan itu adalah “nubuat” pengangkatan dia sebagai uskup Bogor oleh paus Fransiskus.


Salah satu adegan penting ialah ketika Fransiskus bertobat: ia nyatakan hal itu dengan menelanjangkan diri di hadapan warga Asisi lalu ia diselimuti uskup Guido. Itulah dulu yang terjadi pada abad 13 di Asisi. Peristiwa itu diperankan lagi pada abad 20 (1981) di Pagal.


Pada abad 21 ini yang menjadi paus ialah seorang Yesuit Argentina. Tetapi yang menarik ialah bahwa ia memilih nama Fransiskus Asisi sebagai nama kepausannya. Konon ketika nama beliau makin banyak disebut dalam konklaf, temannya seorang kardinal OFM dari Brasil membungkuk dan berbisik kepadanya: “Kalau kamu terpilih menjadi Paus, jangan lupa orang miskin.” Kemudian, sesudah terpilih, Kardinal Argentina ini mengaku bahwa ketika mendengar bisikan itu ia sudah tahu pasti siapa nama yang akan ia pilih sebagai paus: Fransiskus. Begitu tulis P.Niko Syukur Dister OFM dalam kata pengantar buku saya yang akan datang. Ini paradoks sekali: ini pertama kalinya nama Fransiskus dipilih sebagai nama paus, dan yang memilih nama itu juga bukan Fransiskan melainkan Yesuit.


Yesuit yang 'fransiskan' inilah (baca: Paus Fransiskus) yang mengangkat Paskalis B.Syukur OFM, yang dulu pada masa postulat, pernah memerankan uskup Asisi dalam sebuah pementasan drama di Manggarai, menjadi Uskup Bogor.


Malam itu, di Karot kami merasa bahwa pementasan drama di masa Postulat itu adalah “nubuat” untuk masa depan dan nubuat itu sekarang terpenuhi: Paskalis B.Syukur OFM, menjadi uskup Bogor. Selamat bertugas Mgr.Syukur.

Penulis: Mahasiswa S3 pada ICRS- Yogya, UGM-UKDW-UIN SUKA, YOGYA.













Komentar

Postingan populer dari blog ini

MISA SYUKUR INKULTURASI SUNDA CIGUGUR

The TAIZE COMMUNITY FOTO ALBUM AND MP4