Cap Go Meh Bogor 2015 BOGOR


CAP GO MEH 2015 BOGOR
DAN TENTANG TAHUN BARU IMLEK

PRESIDEN JOKOWI
MEMBUKA KIRAB 
CAP GO MEH BOGOR 2015 



Berhubung masih dalam suasana Tahun Baru Imlek (TBI) ada baiknya saya menguraikan hal-hal yang masih rancu bagi sebagian dari kita. Seperti TBI adalah Hari Raya Musim Semi ("Chunjie" 春節 alias "Spring Festival"), TBI adalah hari raya agama Khonghucu, jadi yang bukan beragama Khonghucu tidak wajib merayakannya, perayaan TBI dilakukan dengan sembahyang di kelenteng dan vihara, dsb.
Mengenai TBI dinyatakan sebagai Hari Raya Musim Semi ("Chunjie" alias "Spring Festival) di Tiongkok, saya menemukan penjelasannya dalam Nio, Joe Lan, "Peradaban Tionghoa Selajang Pandang" (1961) yang diterbitkan ulang pada Januari 2013 oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Hingga akhir Dinasti Qing (1644-1911) sistem kalender yang secara resmi dipakai di Tiongkok oleh pihak kerajaan adalah sistem kalender lunisolar ("yinyangli" 陰陽曆), yakni sebuah sistem kalender yang menggabungkan lamanya peredaran bumi mengelilingi matahari (solar/yang) dan lamanya peredaran bulan mengelilingi bumi (lunar/yin). Sistem ini sekarang kita kenal sebagai sistem lunar alias yinli (imlek) saja. Tahun barunya Tahun Baru Imlek (TBI) seperti yang kita rayakan sekarang ini. Sistem kalender lunisolar ini cocok sekali untuk Tiongkok, seperti juga Indonesia, yang agraris: selain bertepatan dengan gelap-purnamanya BULAN (tanggal satu selalu bulan gelap dan tanggal 15 bulan purnama), kalender ini juga berkesesuaian dengan MUSIM (tahun baru selalu jatuh di musim semi, antara 20 Januari dan 19 Februari), sehingga cocok sekali bagi para petani bercocok tanam. TBI adalah hari pertama di bulan pertama menurut sistem kalender lunisolar ("yinyangli")yang lazim dikenal sebagai "kalender lunar" ("yinli" atau "imlek") saja.
Pada 1911 Dinasti Qing runtuh dan berdirilah Republik Tiongkok (Zhonghua Minguo 中華民國) di bawah Sun Yat-sen yang berkiblat ke barat. Sistem kalender lunisolar ("yinyangli" 陰陽曆) yang berlaku sejak Dinasti Xia 夏朝 (abad 21-17 SM) dihapuskan dan diganti dengan sistem kalender solar ("yangli") ala Barat, yakni sistem solar ("yangli" atau "yanglek"). Tahun baru ditetapkan 1 Januari, yakni yang dikenal sebagai Tahun Baru Yanglek (TBY). TBI dilarang untuk dirayakan, namun rakyat Tiongkok yang sebagian besar petani tetap merayakannya, meski secara diam-diam. Bila TBY dirayakan dengan menghadiri rapat ini rapat itu, maka TBI dirayakan di tengah kehangatan keluarga secara diam-diam, karena untuk merayakannya secara terang-terangan alias secara terbuka mereka tidak berani. Perusahaan-perusahaan mencari berbagai dalih untuk meliburkan diri, dengan alasan ada kerusakan, sakit dsb. Dapat dikatakan selama periode antara 1912, tahun berdirinya Republik Tiongkok (Zhonghua MInguo 中華民國) di bawah Sun Yat-sen 孫逸仙, hingga 1949, tahun lahirnya Republik Rakyat Tiongkok (Zhonghua Renmin Gongheguo 中華人民共和國) di bawah Mao Zedong 毛澤東, TBI tetap dirayakan SELURUH rakyat Tiongkok, meski secara tertutup alias diam-diam.
Sejak 1949 sistem kalender tetap sistem solar ("yangli") namun pemerintah yang baru tidak melarang perayaan TBI. Di seluruh negeri rakyat bebas merayakan TBI sudah berumur berabad-abad itu, yang kini disebut Hari Raya Musim Semi ("Chunjie" 春節 atau "Spring Festival"), tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Di Tiongkok "Chunjie" bahkan dirayakan lebih meriah daripada TBY, dengan acara pulang kampung selama beberapa hari, pemasangan petasan dan kembang api di seluruh negeri, penayangan acara meriah menyambut "Chunjie" di CCTV, dll.
Bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia TBI adalah momen yang ditunggu-tunggu dalam setahun. Di komunitas-komunitas tersebut TBI tetap dirayakan oleh semua orang Tionghoa, apapun namanya: mau Chunjie keq, mau Chinese New Year keq, mau TBI keq...
Mengenai Tahun Baru Imlek (TBI) ditetapkan sebagai hari raya agama Khonghucu, saya pernah menanyakan kepada teman saya yang sosiolog di Lembaga Ilmu Pengetahuan Iindonesia (LIPI), alasan kenapa TBI dinyatakan sebagai hari raya agama Khonghucu, padahal itu adalah hari raya semua orang Tionghoa, apapun agamanya, Saya mendapat penjelasan bahwa selama ini semua hari raya, di luar hari raya nasional di negeri ini―bukan di luar negeri―seperti Proklamasi Kemerdekaan, Hari Ibu dsb, ditetapkan berdasarkan hari raya agama tertentu dan bukan berdasarkan etnik tertentu, sebab di Indonesia jumlah etnik bukan sedikit dan tak satu pun etnik―baik yang sejak semula negara ini berdiri dianggap "asli", maupun yang "bukan"―yang mendapat perlakuan khusus berdasarkan etnik mereka. Nah, ketika hendak menetapkan TBI, pemerintah harus memilih salah satu agama yang diakui sebagai hari raya agamanya itu. Karena agama Khonghucu yang baru diakui belum punya hari raya, maka ditetapkanlah TBI sebagai hari raya agama Khonghucu.
Di situlah awal-mula kerancuan TBI dianggap sebagai hari raya agama Khonghucu, padahal TBI adalah hari raya semua orang Tionghoa apa pun agamanya, kerancuan yang di Indonesia terus berlanjut sampai sekarang…
Tapi, sepenglihatan saya, masyarakat sepertinya tidak ambil peduli: yang merayakan TBI, sesuai dengan yang berlaku di dunia internasional, orang Tionghoa yang beragama apa saja, termasuk yang beragama Khonghucu. Hal yang sama berlaku di keluarga besar saya: di keluarga besar saya yang agamanya macam-macam, TBI menjadi ajang kumpul keluarga memperat tali silaturahim…
Memang, sejatinya, TBI merupakan perayaan keluarga dan dirayakan di rumah bersama orangtua, kakek-nenek serta seluruh keponakan. Baru setelah berkumpul dikeluarga, barulah dilanjutkan dengan berkunjung ke tetangga, teman dan handai-tolan, hingga berakhir di hari ke-15, yakni hari Cap Go Meh 十五暝 (CGM), artinya 'Malam ke-15'), termasuk semua atraksi hiburan dan kesenian.
Pada hari CGM dirayakan berakhirlah seluruh kemeriahan selama TBI. Keesokan harinya sejatinya tidak ada lagi perayaan lagi, meski pada prakteknya perayaan CGM dilakukan berbeda-beda di beberapa kota yang berdekatan, sesuai jadwal yang telah disepakati sejak dahulu. Misalnya, CGM di Bogor tepat pada tanggal 15 bulan pertama imlek, CGM di Cianjur tanggal 18 imlek, disebut "Cap Peh Meh" 十八暝 ("Cap Peh" = 18; Meh 'Malam'), dan CGM di Sukabumi tanggal 21, sehingga disebut Ji It Meh 二一暝 ("Ji It" = '21').

OLEH MR. DAVID KWA ------- PEMERHATI BUDAYE CHINA DAN TRADISI SUNDA







                  











Komentar

Postingan populer dari blog ini

MISA SYUKUR INKULTURASI SUNDA CIGUGUR

The TAIZE COMMUNITY FOTO ALBUM AND MP4