KOTA CIGUGUR DALAM KENANGAN MP4
CIGUGUR CISANTANA DALAM KENANGAN
28 DESEMBER 2012
PESONA CIGUGUR CITY
KABUPATEN KUNINGAN
LAMBANG KABUPATEN KUNINGAN
Haloo Readers pada postingan kali ini Saya akan menyajikan artikel yang sedikit berbeda. Kalau biasanya yang saya posting adalah tentang teknologi, programing dan aktivitas kuliah, pada postingan kali ini akan membahas mengenai Upacara Adat Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Upacara Adat Seren Taun adalah upacara adat masyarakat agraris Sunda untuk memanjatkan syukur kepada Sang Pencipta atas berkah yang telah diperoleh. Upacara adat Seren Taun dilaksanakan setiap tanggal 22 bulan Rayagung (Penanggalan Sunda).
Pagi hari ini (Rabu 7/11/12) ketika udara pagi masih terasa dingin karena gerimis, masyarakat Cigugur-Kuningan sudah mulai sibuk. Kesibukan ini terjadi di beberapa lokasi di Cigugur, baik itu pria, wanita, orang tua maupun anak-anak, semuanya sibuk. Pasalnya, hari ini adalah puncak dari Upacara Adat Seren Taun. Kaum bapak dan pemuda sibuk dengan mempersiapkan kembali berbagai macam hasil bumi, alat musik daerah, sedangkan kaum ibu dan pemudi sibuk dengan mempersiapkan berbagai macam makan, seperti nasi tumpeng. Semuanya itu akan diarak dari menuju pusat acara Upacara Adat Seren Taun.
Sekitar pukul 7.30 rombongan yang membawa hasil bumi ini berjalan menuju pusat acara sambil diiringi tabuhan dari Angklung Buncis dan Dog-dog. Salah satu rombongan tersebut adalah rombongan yang berjalan kaki dari Desa Cisantana. Untuk menuju pusat acara, rombongan ini berjalan kaki sekitar 2Km.
sekitar pukul 7.45 seluruh rombongan sudah berada di dekat lokasi pusat upacara.
Pukul delapan lebih, puncak perayaan Upacara Adat Seren Taun dimulai. Acara dimulai dengan memohon doa dan izin dari Yang Maha Kuasa serta izin dari ‘karuhun’. Selanjutnya, acara dilanjtkan dengan salah satau tarian adat Cigugur-Kuningan, yaitu Tari Buyung. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok pemudi yang mengenakan pakaian adat dengan selendang berwarna-warni dan membawa buyung. Tarian ini dilaksanakan di depan Gedung Cagar Budaya Paseban 351. Konon, tarian ini menggambarkan kehidupan kaum hawa Cigugur pada zaman dahulu yang salah satu aktivitasnya adalah mengambil air dari sumber air dengan membawa buyung (kendi). Salah satu adegan yang sangat luar biasa pada Tari Buyung adalah manakala sang penari melakukan tarian sambil berdiri diatas kendi sambil membawa buyung di atas kepalanya. Maknanya adalah “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”.
Selanjutnya, setelah Tari Buyung, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Angklung dari saudara kita masyarakat adat Baduy. Beberapa orang memainkan Angklung dan ada juga yang menari. Pertunjukan Angklung Baduy ini tidak terlalu lama. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan ‘kaulinan barudak’. Pada prosesi ini sekelompok anak kecil menari dan menyanyi mengelilingi tugu dan tiang bendera yang berada di depan Gedung Cagar Budaya. Setelah selesai penampilan dari anak-anak, selanjutnya adalah pertunjukan Angklung Buncis. Para pemain Angklung Buncis ini adalah anak-anak dan pria dewasa. Acara dialnjutkan kembali dengan prosesi Ngajayak. Pada prosesi ini beberapa pasang muda-mudi berjalan menuju depan Gedung Cagar Budaya sambil membawa hasil bumi seperti padi, jagung, sayur, dan buah-buahan.
Acara selanjutnya adalah ramah tamah dari pemuka adat, tokoh agama serta pemerintah setempat. Setelah acara ramah tamah selesai, dilanjutkan dengan acara ‘Nutu’. Nutu adalah menumbuk padi bersama-sama yang dilaksanakan di Taman Paseban yang letaknya berada di samping dai depan Gedung Cagar Budaya.
ADS & CEMARA PUTIH
Entah kapan berdirinya,sampai kini masih ada sebuah bangunan tua yang disebut Kraton di daerah Cigugur. Tepatnya dari Kuningan ke arah barat. Dulu, ada seorang tokoh yang dikenal dengan sebutan Kiayi Madras. Tokoh ini dikenal memiliki kharisma yang tinggi. Penduduk desa Cisantana, Kuningan, Cirebon adalah pengikut setianya. Bukan itu saja. Pengaruh Kiayi Madras bahkan mencapai Bandung, Garut serta Tasikmalaya, Jabar bagian selatan. Ajaran Kiayi Madras dikenal dengan sebutan ADS singkatan dari Agama Djawa Sunda.. Tak seorangpun yang tahu siapa yang pertama kali menamakan ajaran Kiayi Madras sebagai suatu agama yang benama ADS.
Selain memiliki kharisma yang tinggi, Kiayi Madras dikenal sebagai tokoh yang sering bernubuat mengenai sesuatu yang akan terjadi di hari depan.Tak heran jika beliau diberi gelar Rama Panyipta. Sebab ia juga dianggap dapat menciptakan sesuatu.
"Salah satu nubuatnya terpecahkan beberapa saat sebelum pemberontakan G30S/PKI pecah di tahun 1965" ucap Pdt.Matheus Suwarsono kepada Buletin GKJMB, lebih lanjut.Dikatakannya lebih lanjut bahwa Kiayi Madras pernah memperoleh petunjuk dari Sang Pencipta bahwa seluruh pengikut ADS kelak harus "berlindung di bawah pohon cemara putih". Saat itu tak ada yang tahu apa cemara putih itu.
MISI DARI BELANDA
Waktu berlanjut terus. Sampai Kiayi Madras wafat, arti cemara putih itu belum juga dapat dipecahkan.Tongkat kekuasaan setelah Kiayi Madras wafat, diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Teja Buana, dengan gelar Rama Pangwedar yang berarti Yang Menjabarkan atau Yang Menjelaskan. Selama dipimpin oleh Pangeran Teja Buana, misteri cemara putih masih belum dapat dipecahkan, sampai ia wafat.Tongkat kepemimpinan kemudian jatuh ke tangan putra Pangeran Teja Buana yang bernama Pangeran Jatikusuma dengan gelar Rama Panyusun yang sampai kini masih hidup dan berdiam di daerah Cigugur. Di masa kepemimpinan Pangeran Jatikusuma inilah, misteri cemara putih terbuka.
Entah bagaimana asalnya ucapan "berlindung di bawah pohon cemara putih" konon sempat singgah di telinga pemuka para misi Katholik yang berasal dari salah satu negara Eropa. Melihat para misi bertubuh besar dan berjubah putih, maka pengertian nubuat yang selama ini tertutup seakan memperoleh jawaban.
"Mungkin setelah melihat para misi bertubuh besar dan berjubah putih, dapat diartikan seolah-olah sebagai cemara putih. Dan, inilah sebabnya maka Pangeran Jatikusuma yang jeli membaca situasi saat itu segera menginstruksikan agar seluruh pengikut ADS masuk dalam kelompok cemara putih. Yaitu agama Katholik. Ini terjadi beberapa bulan sebelum pemberontakan G30S/PKI pecah di tahun 1965 silam"
Perkembangan agama ini berjalan dengan pesat. Para misioner mulai mendirikan fasilitas sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Antara lain, sekolah, pusat kesehatan, rumah sakit dan yang paling diutamakan ialah membantu di bidang sandang pangan. Yang saat ini mungkin disebut bantuan sembako, seperti terigu, tepung jagung, havermut dan beras bulgur. Kejadian ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya di tahun 1975 mulai nampak sedikit keresahan di kalangan pengikut Pangeran Jatikusuma.
KOTA CIGUGUR DALAM KENANGAN
28 DESEMBER 2012
PESONA CIGUGUR CITY
KABUPATEN KUNINGAN
LAMBANG KABUPATEN KUNINGAN
Puncak Upacara Adat Seren Taun Cigugur-Kuningan (Rabu,7 Nopember 2012)
Haloo Readers pada postingan kali ini Saya akan menyajikan artikel yang sedikit berbeda. Kalau biasanya yang saya posting adalah tentang teknologi, programing dan aktivitas kuliah, pada postingan kali ini akan membahas mengenai Upacara Adat Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Upacara Adat Seren Taun adalah upacara adat masyarakat agraris Sunda untuk memanjatkan syukur kepada Sang Pencipta atas berkah yang telah diperoleh. Upacara adat Seren Taun dilaksanakan setiap tanggal 22 bulan Rayagung (Penanggalan Sunda).
Pagi hari ini (Rabu 7/11/12) ketika udara pagi masih terasa dingin karena gerimis, masyarakat Cigugur-Kuningan sudah mulai sibuk. Kesibukan ini terjadi di beberapa lokasi di Cigugur, baik itu pria, wanita, orang tua maupun anak-anak, semuanya sibuk. Pasalnya, hari ini adalah puncak dari Upacara Adat Seren Taun. Kaum bapak dan pemuda sibuk dengan mempersiapkan kembali berbagai macam hasil bumi, alat musik daerah, sedangkan kaum ibu dan pemudi sibuk dengan mempersiapkan berbagai macam makan, seperti nasi tumpeng. Semuanya itu akan diarak dari menuju pusat acara Upacara Adat Seren Taun.
Sekitar pukul 7.30 rombongan yang membawa hasil bumi ini berjalan menuju pusat acara sambil diiringi tabuhan dari Angklung Buncis dan Dog-dog. Salah satu rombongan tersebut adalah rombongan yang berjalan kaki dari Desa Cisantana. Untuk menuju pusat acara, rombongan ini berjalan kaki sekitar 2Km.
sekitar pukul 7.45 seluruh rombongan sudah berada di dekat lokasi pusat upacara.
Pukul delapan lebih, puncak perayaan Upacara Adat Seren Taun dimulai. Acara dimulai dengan memohon doa dan izin dari Yang Maha Kuasa serta izin dari ‘karuhun’. Selanjutnya, acara dilanjtkan dengan salah satau tarian adat Cigugur-Kuningan, yaitu Tari Buyung. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok pemudi yang mengenakan pakaian adat dengan selendang berwarna-warni dan membawa buyung. Tarian ini dilaksanakan di depan Gedung Cagar Budaya Paseban 351. Konon, tarian ini menggambarkan kehidupan kaum hawa Cigugur pada zaman dahulu yang salah satu aktivitasnya adalah mengambil air dari sumber air dengan membawa buyung (kendi). Salah satu adegan yang sangat luar biasa pada Tari Buyung adalah manakala sang penari melakukan tarian sambil berdiri diatas kendi sambil membawa buyung di atas kepalanya. Maknanya adalah “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”.
Selanjutnya, setelah Tari Buyung, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Angklung dari saudara kita masyarakat adat Baduy. Beberapa orang memainkan Angklung dan ada juga yang menari. Pertunjukan Angklung Baduy ini tidak terlalu lama. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan ‘kaulinan barudak’. Pada prosesi ini sekelompok anak kecil menari dan menyanyi mengelilingi tugu dan tiang bendera yang berada di depan Gedung Cagar Budaya. Setelah selesai penampilan dari anak-anak, selanjutnya adalah pertunjukan Angklung Buncis. Para pemain Angklung Buncis ini adalah anak-anak dan pria dewasa. Acara dialnjutkan kembali dengan prosesi Ngajayak. Pada prosesi ini beberapa pasang muda-mudi berjalan menuju depan Gedung Cagar Budaya sambil membawa hasil bumi seperti padi, jagung, sayur, dan buah-buahan.
Acara selanjutnya adalah ramah tamah dari pemuka adat, tokoh agama serta pemerintah setempat. Setelah acara ramah tamah selesai, dilanjutkan dengan acara ‘Nutu’. Nutu adalah menumbuk padi bersama-sama yang dilaksanakan di Taman Paseban yang letaknya berada di samping dai depan Gedung Cagar Budaya.
ADS & CEMARA PUTIH
Entah kapan berdirinya,sampai kini masih ada sebuah bangunan tua yang disebut Kraton di daerah Cigugur. Tepatnya dari Kuningan ke arah barat. Dulu, ada seorang tokoh yang dikenal dengan sebutan Kiayi Madras. Tokoh ini dikenal memiliki kharisma yang tinggi. Penduduk desa Cisantana, Kuningan, Cirebon adalah pengikut setianya. Bukan itu saja. Pengaruh Kiayi Madras bahkan mencapai Bandung, Garut serta Tasikmalaya, Jabar bagian selatan. Ajaran Kiayi Madras dikenal dengan sebutan ADS singkatan dari Agama Djawa Sunda.. Tak seorangpun yang tahu siapa yang pertama kali menamakan ajaran Kiayi Madras sebagai suatu agama yang benama ADS.
Selain memiliki kharisma yang tinggi, Kiayi Madras dikenal sebagai tokoh yang sering bernubuat mengenai sesuatu yang akan terjadi di hari depan.Tak heran jika beliau diberi gelar Rama Panyipta. Sebab ia juga dianggap dapat menciptakan sesuatu.
"Salah satu nubuatnya terpecahkan beberapa saat sebelum pemberontakan G30S/PKI pecah di tahun 1965" ucap Pdt.Matheus Suwarsono kepada Buletin GKJMB, lebih lanjut.Dikatakannya lebih lanjut bahwa Kiayi Madras pernah memperoleh petunjuk dari Sang Pencipta bahwa seluruh pengikut ADS kelak harus "berlindung di bawah pohon cemara putih". Saat itu tak ada yang tahu apa cemara putih itu.
MISI DARI BELANDA
Waktu berlanjut terus. Sampai Kiayi Madras wafat, arti cemara putih itu belum juga dapat dipecahkan.Tongkat kekuasaan setelah Kiayi Madras wafat, diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Teja Buana, dengan gelar Rama Pangwedar yang berarti Yang Menjabarkan atau Yang Menjelaskan. Selama dipimpin oleh Pangeran Teja Buana, misteri cemara putih masih belum dapat dipecahkan, sampai ia wafat.Tongkat kepemimpinan kemudian jatuh ke tangan putra Pangeran Teja Buana yang bernama Pangeran Jatikusuma dengan gelar Rama Panyusun yang sampai kini masih hidup dan berdiam di daerah Cigugur. Di masa kepemimpinan Pangeran Jatikusuma inilah, misteri cemara putih terbuka.
Entah bagaimana asalnya ucapan "berlindung di bawah pohon cemara putih" konon sempat singgah di telinga pemuka para misi Katholik yang berasal dari salah satu negara Eropa. Melihat para misi bertubuh besar dan berjubah putih, maka pengertian nubuat yang selama ini tertutup seakan memperoleh jawaban.
"Mungkin setelah melihat para misi bertubuh besar dan berjubah putih, dapat diartikan seolah-olah sebagai cemara putih. Dan, inilah sebabnya maka Pangeran Jatikusuma yang jeli membaca situasi saat itu segera menginstruksikan agar seluruh pengikut ADS masuk dalam kelompok cemara putih. Yaitu agama Katholik. Ini terjadi beberapa bulan sebelum pemberontakan G30S/PKI pecah di tahun 1965 silam"
Perkembangan agama ini berjalan dengan pesat. Para misioner mulai mendirikan fasilitas sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Antara lain, sekolah, pusat kesehatan, rumah sakit dan yang paling diutamakan ialah membantu di bidang sandang pangan. Yang saat ini mungkin disebut bantuan sembako, seperti terigu, tepung jagung, havermut dan beras bulgur. Kejadian ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya di tahun 1975 mulai nampak sedikit keresahan di kalangan pengikut Pangeran Jatikusuma.
KOTA CIGUGUR DALAM KENANGAN
Komentar
Posting Komentar