SEJARAH IBADAT HARIAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan Umat Kristen Katolik tidak terlepas dari aktivitas berdoa. Berdoa adalah sarana untuk berbicara kepada Allah Tritunggal Maha Kudus baik berisi Pujian, Syukur, Permohonan, dan sebagainya. Doa tidak dapat terlepas dari kehidupan umat Katolik sendiri!. Gereja tiada putusnya memuji Tuhan dan memohonkan keselamatan seluruh dunia bukan hanya dengan merayakan Ekaristi, melainkan dengan cara-cara lain juga, terutama dengan mendoakan Ibadat Harian.
Gereja Katolik dalam ritus Latin memiliki tradisi luhur untuk memuji dan menyembah Tuhan selain Kurban Misa, tak lain adalah Ibadat Harian (Liturgia Horarum). Ibadat Harian juga dikenal dengan nama Ofisi (Officium Divina) yang dapat diartikan sebagai Tugas Ilahi. Ada juga sebutan lain untuk Ibadat Harian yaitu Brevir yang berarti ikhtisar jam-jam kanonik.Ibadat Harian bukanlah sebuah devosi, melainkan Liturgi (Doa Publik), doa harian resmi Gereja Katolik.
SEJARAH IBADAT HARIAN
Asal muasal Ibadat Harian tidak terlepas dari tradisi Yahudi pada perjanjian lama. Atas perintah Allah kepada Para Imam Yahudi, penyucian hari dilakukan melalui Kurban sembelihan pada pagi dan petang hari (Bdk Kel 28:38-39, Bil 28:3-8, 1Raj 18:36). Praktik kurban sembelihan terus dilangsungkan, namun diganti dengan pembacaan Kitab Taurat, Mazmur dan Kidung Pujian di Sinagoga karena bait Allah sudah dihancurkan pada masa pembuangan Babilon. Umat Israel pada masa pembuangan memiliki kebiasaan untuk berdoa pada waktu – waktu tertentu ( Dan 6:10, 6:13).
Setelah masa pembuangan dan sisa Israel kembali ke Yudea, kurban Pujian ini tetap dilakukan di Bait Allah yang dibangun kembali.Pada masa Penjajahan Kekaisaran Romawi, Umat Yahudi mulai mengikuti pola pembagian waktu dalam melaksanakan kehidupan bisnis dan kehidupan sehari – hari, termasuk dalam hal waktu berdoa. Di pusat kota atau pasar terdapat lonceng yang akan berdentang pada jam enam pagi, jam Sembilan siang, jam satu siang, jam tiga sore, dan jam enam sore. Lonceng dibunyikan pada jam tertentu memiliki instruksi – instruksi tertentu, tak lain seperti jam untuk bekerja, jam istirahat / makan siang, dan jam untuk pulang kerja.
Aktivitas berdoa di jam tertentu dilanjutkan pada kehidupan Yesus dan umat Kristen perdana, diantaranya dapat dilihat dalam Kitab Suci ( Luk 3: 21-22, 6:12, 9:18, 28-29, 11:1, 22:32; Mat 4:19, 15:36, 19:13, dst).
Doa Harian pada jam tertentu ( Penyucian Waktu) ini terus berlanjut, dan berisikan elemen yang hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Umat Yahudi: Mengulang atau menyanyikan Mazmur, membaca Kitab Suci, dan pada kemudian hari ditambahkan dengan Madah Kemuliaan serta doa – doa lainnya.
Penetapan waktu doa selain dapat ditemukan dalam Kitab Suci juga dapat ditemukan dalam tulisan Bapa – Bapa Gereja dan Kitab – Kitab Apokrif. Kitab Didache (95M) menyebut “orismenois kairois kai horeis [Waktu – waktu dan jam – jam tertentu untuk sembahyang]. Tentang Doa Harian ini juga ditemukan dalam dokumen konstitusi Rasuli (380) dan Bapa Gereja. Basilius Agung (330-379) dalam “Regulae Fusius Tractate”, yang menyebutkan bahwa penetapan jam tertentu untuk berdoa telah dilakukan di Yerusalem oleh Para Rasul sendiri.
Hampir Semua Bapa Gereja baik Timur (St, Yohanes Krisostomos) maupun Barat(St. Hieronimus). St. Agustinus dari Hippo dalam aturan Hidup membiara menganjurkan kepada para Rahib dan rabib/rubiah untuk bertekun dengan setia dalam doa pada jam – jam dan waktu – waktu yang telah ditentukan.
Pada pengembangannya bentuk doa Ibadat Harian berkembang pesat dalam kehidupan umat Kristen baik di barat maupun Timur. Pada Abad ke empat, praktek Ibadat Harian ini telah mendapatkan bentuk yang sudah lebih pasti, walaupun buku panduan doanya masih dalam keadaan terpisah seperti kumpulan Mazmur, Madah, Bacaan Sabda, dan sebagainya. Karena mengalami kesulitan seperti banyaknya buku yang terpisah, maka disusunlah dalam satu buku sederhana yang disebut Brevir.
Brevir ini akhirnya dikenal luas hingga di masa Konsili Trente yang mengkhendaki adanya revisi atau perubahan agar lebih efektif dalam penggunaannya.
Brevir terus mengalami Revisi di masa Pontifikal: Paus Pius V, Paus Clement VIII, Paus Urban VIII, Paus Pius X, Paus Pius XII, dan Paus Yohanes XXIII di tahun 1960.
Pada perkembangannya sejak akhir abad kelima hingga sebelum Konsili Vatikan II, doa Ibadat harian terdiri dari:
Matutinum (Ibadat Tengah Malam / Vigile),
Laudes( saat fajar menyingsing),
Primus (Pagi hari),
Tertia ( sebelum tengah hari),
Sexta ( tepat tengah hari).
Nona ( setelah tengah hari),
Vesper (Sore hari), dan
Completorium ( Penutup Hari ).
Konsili Vatikan II melakukan penyederhanaan pada Ibadat Harian dan membuatnya lebih mudah digunakan oleh umat awam dengan harapan Ibadat Harian menjadi doa bagi seluruh anggota Gereja. Konsili Vatikan II menggabungkan doa Primus ke dalam doa Laudes, dan mengubah doa Matutinum menjadi Ibadat bacaan yang boleh didoakan pada waktu kapan pun. Konsili juga melakukan penataan ulang sehingga mazmur – mazmur didoakan selama empat minggu ( Sebelumnya hanya satu minggu). Brevir kini lebih dikenal sebagai Ibadat Harian (Liturgia Horarum) yang dibagi dalam empat tingkat sesuai dengan kalender Liturgi.
Masa I : Adven & Natal
Masa II: Prapaskah dan Trihari Suci serta Masa Paska
Masa III: Minggu Biasa 1 sampai 17
Masa IV: Minggu Biasa 18-34
Saat ini, Praktik Ibadat Harian dalam Gereja Katolik meliputi:
Ibadat Matutinum
Ibadat Laudes
Ibadat Siang (tertia, Sextia, dan Nona)
Ibadat Vesper
Ibadat Completorium
Referensi:
http://parokisalibsuci.org/
http://ofsyakoba.blogspot.com
http://gemaliturgi.blogspot.com/2010
Email: ofs_yakoba@yahoo.com
Ibadat Harian terbitan Komisi Liturgi KWI – @2010
Postingan populer dari blog ini
The TAIZE COMMUNITY FOTO ALBUM AND MP4
DARI DESA TAIZE DI PERANCIS KERAJAAN ALLAH DISEBAR LUASKAN DALAM PERSAUDARAAN BRUDER2 TAIZE JUTAANORANG SETIAP TAHUN BERKUNJUNG KE TAIZE GUNA TURUT AMBIL BAGIAN DALAM DOA HENING DI TAIZE SALIB SAN DAMIANO , SEMANGAT PERSAUDARAAN FRANSISKAN MENJADI YANG UTAMA DALAM KOMUNITAS BRUDER2 TAIZE. DALAM TATA CARA HIDUPNYA,TAK JAUH DARI SEMANGAT FRANSISKAN, NAMUN KOMUNITAS INI MEMILIKI ANGGARAN DASAR SENDIRI YANG BARU DISEMPURNAKAN TAHUN 1950 SALIB PERSAUDARAAN KOMUNITAS TAIZE SALIB TAO LAMBANG PENTOBATAN FRANSISKAN SAAT BERKUNJUNG KE FILIPHINA MEMBANTU KORBAN GEMPA DI HAITI DI INDIA KOMUNITAS TAIZE DI TIMOR TIMUR/DILI TAIZE DI TIMOR TIMOR/DILI RIBUAN KAUM MUDA DATANG DARI PENJURU DUNIA GUNA BERSATU DALAM DOA HENING DI TAIZE SATU KEBUTUHAN ROHANI DIABAD INI DALAM MENCARI KETENANGAN HIDUP DAN MENGENAL KASIH TUHAN YANG KIAN DISADARINYA "AKU ...
ASAL-USUL JUBAH BHIKKHU - PENCAPAIAN TERTINGGI
ASAL USUL JUBAH B HI KSU http://tekansini.com/?id=1948mayella buka dan baca pelan2 pasti ada guna dan manfaat silahkan coba, untuk menambah uang jajan tiap bulan asal usul jubah Bhiksu ASAL USUL JUBAH BHIKSU Pada zaman Sang Buddha, para bhikkhu memiliki satu stel jubah pamsukula civara. Yang dimaksud pamsukula civara adalah kain bekas pembungkus mayat yang telah dibuang orang di dalam hutan atau di kuburan. Pada zaman dahulu di India, orang yang meninggal, baik yang miskin maupun yang kaya langsung dibungkus kain dan dibuang ke hutan, lalu para bhikkhu mengambil kainnya dan dicuci kemudian dicelup dengan getah pohon yang berwarna kuning (misalnya pohon nangka), lalu dijahit dibuat jubah. Pada zaman itu kain sulit dicari dan bila ditemukan mutunya kurang baik. Kain hanya bisa dipakai paling lama satu tahun karena bila kain dipakai lebih dari satu tahun kain terseb...
Komentar
Posting Komentar